Skip to content
Home » Blog Archive » Inilah 10 Kesalahan Perusahaan yang Membuat Pekerja Milenial Resign

Inilah 10 Kesalahan Perusahaan yang Membuat Pekerja Milenial Resign

Setiap pekerja tentu menginginkan hubungan yang awet dengan tempat kerjanya, begitu pula dengan perusahaan. Perusahaan mana yang ingin bongkar-pasang karyawan setiap tahun? Tentu semuanya menginginkan relasi yang awet dan saling menguntungkan. 

Namun dewasa ini, umumnya milenial seringkali terjebak dalam situasi ‘masuk-keluar’ perusahaan karena berbagai alasan. Hal ini dapat berbahaya bagi citra kantor maupun pekerja. Pekerja yang terlalu sering berpindah-pindah kantor dapat dinilai sebagai orang yang tidak loyal terhadap perusahaan dan bahkan dicap sebagai ‘kutu loncat’. Sedangkan bagi perusahaan sendiri, hal ini pun bukan pertanda baik. Perusahaan akan diasumsikan memiliki masalah yang menyebabkan seringnya membuka lowongan pekerjaan untuk posisi yang sama. 

Lalu sebenarnya apa sih yang menyebabkan pekerja milenial banyak dengan mudahnya memutuskan resign dan berganti pekerjaan? Dilansir dari The Balance Careers, berikut 10 alasannya.

Terlibat Hubungan Asmara dengan Rekan Kerja atau Bos

Masa muda, masanya berapi-api. Meskipun hal ini tidak terjadi pada semua milenial, namun adanya keterlibatan hubungan asmara dengan rekan kerja maupun atasan dapat menjadi penyebab mengapa pekerja memutuskan untuk resign.

Biasanya hal ini dikarenakan beberapa perusahaan memang melarang pekerja memiliki hubungan personal dengan sesama pekerja. Alasan lainnya hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu pprofesionalitas kerja terlebih jika hubungan itu merupakan affair

Hubungan dengan Atasan yang Buruk

Tidak semua atasan mau mempererat hubungannya dengan pekerja atau tim. Sesungguhnya Anda tidak perlu menjadi teman bagi anggota tim Anda dan sebaliknya. Namun selayaknya kerja tim, sebagai Atasan sudah sepatutnya Anda merangkul anggota tim Anda, memberikan feedback pada setiap pekerjannya dan arahan untuk sama-sama mencapai tujuan dari pekerjaan.

Adanya ‘jarak’ yang jauh antara karyawan dan atasannya membuat hubungan kerja menjadi tidak nyaman. Tidak jarang hal ini menciptakan kesalahpahaman dan ketidak puasan baik yang baik yang dirasakan pekerja maupun atasan. 

Tidak Adanya Tantangan

Tidak ada orang yang senang bekerja sulit. Namun sebagian orang memang menyukai tantangan. Melakukan rutinitas yang sama bertahun-tahun dapat membuat pekerja merasa jenuh. Terlebih jika apa yang mereka kerjakan menjadi satu yang ‘mentok’ dan tidak membawa benefit lebih jauh bagi jenjang karier mereka.

Melihat karakteristik milenial yang senang akan peluang, hal ini tentunya menjadi kontras dengan apa yang diharapkan. Maka tidak jarang milenial akan memutuskan pindah kerja atau resign setelah 2-3 tahun bekerja tanpa adanya career path yang pasti dari perusahaan. 

Adanya Peluang dan Kesempatan Pengembangan Karier di Perusahaan Lain

Seperti yang telah disebutkan karakter milenial memang dekat sekali dengan kebiasaan melihat opportunity dalam sebuah industri yang tidak hanya berguna bagi industri itu sendiri namun juga memiliki manfaat bagi pengembangan diri dan kemampuan mereka.

Maka dari itu milenal seringkali memutuskan untuk berhenti dan pindah ke perusahaan lain saat mereka mendapatkan peluang pengemgbangan karier dan skill yang lebih besar dari apa yang mereka kerjakan saat ini. Sebenarnya jika ditelaah, hal ini bukanlah karena mereka tidak loyal terhadap pekerjaan namun karena kecepatan belajar milenial yang lahir dan tumbuh bersamaan dengan perkembangan teknologi yang super cepat. 

Tidak Adanya Keterlibatan Karyawan Dalam Upaya Mencapai Goal

Milenial berpikir dengan cara berbeda seperti pendahulunya. Jika banyak orang tua yang bekerja atas dasar loyalitas hubungan atasan-bawahan, milenial akan berusaha untuk menghapus batas itu dan bekerja atas dasar ‘keterikatan’. Keterikatan yang dimaksud adalah bagaimana milenial merasa bertanggung jawab untuk pekerjaannya karena adanya rasa memiliki, bukan dibudaki, dan ketidak inginan untuk gagal.

Untuk mendapatkan loyalitas seperti ini, perusahaan atau atasan harus aktif melibatkan pekerja milenial dalam setiap rapat, menjelaskan keadaan, dan mengajak pekerja milenial untuk berperan aktif mencari solusi dalam setiap upaya pencapaian goal. Tanpa adanya rasa keterikatan, pekerja milenial akan dengan mudah berpaling mencari pekerjaan lain. 

Pekerja Milenial Menginginkan Pekerjaan yang Berarti

Ya, bagi milenial bekerja bukan hanya soal uang dan dibayar. Para milenial menginginkan lebih. Mereka ingin apa yang mereka kerjakan dihargai dengan apresiasi dan berarti bagi sekitar. Pekerja milenia memiliki mimpi untuk bisa mengubah dunia dengan inovasi dan gerakan yang mereka lakukan.

Sebenarnya hal ini merupakan kesempatan yang baik bagi perusahaan untuk dapat merangkul para pekerja milenial dan mewujudkan impian mereka melalui jenis pekerjaan yang tersedia. 

Tidak Adanya Pengarahan yang Tepat Sesuai Potensi

Hal selanjutnya yang membuat pekerja mudah resign dan mencari pekerjaan baru adalah tidak adanya pengarahan yang tepat sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Dalam beberapa kasus milenial seringkali melakukan kesalahan dengan memilih pekerjaan yang tidak sesuai minat dan bakat mereka.

Namun pada kasus lain, tidak jarang perusahaan juga menjadi kurang aware terhadap potensi yang dimiliki milenial sehingga pekerja milenial akan menjadi malas-malasan dalam bekerja dan tidak mau memberikan effort lebih yang bagus untuk perusahaan.

Untuk dapat mengarahkan karier yang tepat kepada pekerja milenial, Anda dapat mengikuti traning CAIDANCE (Career Guadiance) bersama LSQ AcademyKlik di sini untuk pendaftaran

Tidak Diberikannya Otoritas untuk Menjalankan Pekerjaan

Dengan karakteristiknya yang bebas, pekerja milenial selalu berharap mendapatkan kepercayaan dari perusahaan untuk menjalankan pekerjaannya dengan cara mereka sendiri selama itu masih sesuai dengan koridor perusahaan dan tetap bertanggung jawab.

Faktanya pekerja milenial tidak terlalu suka dikontrol dan merasa dijadikan eksekutor bagi pekerjaan yang mereka lakukan. 

Kultur yang Kooperatif

Selain keinginan untuk dilibatkan, kultur yang kooperatif juga menjadi hal yang dapat membuat pekerja milenial bertahan lama dan mendedikasikan hidupnya untuk pekerjaan.

Kaum milenial percaya bahwa kerja sama yang baik dari stakeholder perusahaan adalah langkah yang tepat untuk memajukan perusahaan menuju sukses. 

Stabilitas Perusahaan

Pekerja milenial biasanya akan berperan lebih aktif untuk mencari tahu tentang seluk-beluk perusahaan dan sejauh mana perusahaan termasuk dalam industri yang stabil. Hal ini dikarenakan selain untuk mengamankan posisinya, kaum milenial meyakini bahwa perusahaan yang stabil adalah perusahaan yang tahu bagaimana caranya untuk sukses dan ini sejalan dengan motivasi mereka dalam bekerja. 

Itulah 10 kesalahan perusahaan yang seringkali membuat pekerja milenial mudah mengatakan resign dan mencari pekerjaan baru. Untuk informasi seputar pengembangan karier dan leadership lainnya, Anda dapat menghubungi LSQ Academy dengan klik di sini.